Minggu, 20 Juni 2010

Coklat Juga Bisa Sembuhkan Impotensi


KEAMPUHAN LAIN COKLAT

KOMPAS.COM, JUMAT - Coklat tidak hanya sedap dan manis di lidah, rupanya cemilan nikmat ini juga menyembuhkan penderita impotensi. Itu dimungkinkan karena dalam biji kakao, bahan baku coklat, terhadap zat yang disebut Flavanols. Ada banyak Flavanols, namun yang paling manjur adalah flavanols jenis Epicatechin.
Presiden Direktur PT Mars Symbioscience Indonesia, eksportir utama kakao di Indonesia, Noel Janetski di Palopo, Sulawesi Selatan, Jumat (8 /8), menyebutkan, fungsi utama Flavanols itu adalah melancarkan aliran darah dalam tubuh. Itu dimungkinkan karena flavanols mampu merenggangkan pembuluh darah yang sudah mengeras dan menyempit. Pada perokok berat, pembuluh darah mereka biasanya sangat keras dan sempit, namun dengan flavanols pembuluh darah mereka bisa merenggang lebih luas sekitar delapan per sen.
"Namun, kami belum bisa mengembangkan produk flavanols ini secara massal. Kami baru mengujinya untuk pasar terbatas di Amerika Serikat melalui internet," ujar Janetski.
Selain menyembuhkan impotensi, Flavanols juga bisa melancarkan aliran darah ke otak. Ini bermanfaat besar bagi peningkatan konsentrasi dan daya ingat otak manusia. "Bahkan dalam penelitian yang dilaporkan pada April 2008, kami menemukan bahwa Flavanols juga bisa membuat penderita diabetes sembuh," ujar Janetski.

Rekomendasi Obat Impotensi



OBAT UNTUK IMPOTENSI



TERKAIT:
KOMPAS.com - Agar tidak berlarut-larut dan menjadi impotensi menetap, gangguan ereksi harus dipandang sebagai penyakit yang perlu diobati. Selama beberapa tahun terakhir kesadaran orang untuk berobat pun semakin meningkat.

Panduan terbaru yang dikeluarkan oleh American College of Physicians merekomendasikan dokter untuk memberikan obat inhibitor oral phosphodiesterase type 5 (PDE-5) seperti Viagra, Cialis, dan Levitra, untuk pria yang menderita disfungsi ereksi, kecuali pasien tersebut sedang dalam terapi nitrat.

Karena dianggap belum cukup bukti dalam hal perbandingan keunggulan ketiga obat tersebut, dokter disarankan untuk meresepkan obat yang paling tepat berdasarkan faktor penyebab impotensi dan pertimbangan pribadi pasien, misalnya harga obat, kemanjuran obat, serta efek samping yang mungkin dialami pasien.

Bila dibagi dalam dua faktor penyebab, sebagian besar penderita impotensi disebabkan faktor organik (sekitar 70-85 persen), misalnya diabetes atau pembesaran prostat. Sisanya karena faktor psikis, yang umumnya terjadi pada usia muda.

Panduan untuk para dokter ini direkomendasikan berdasarkan studi analisis yang dilakukan Dr.Amir Qaseem, senior dokter dari American College of Physicians (ACP) terhadap 130 studi yang mengevaluasi obat inhibitor PDE-5 tunggal atau kombinasi.

Para peneliti menemukan bahwa pengobatan impotensi dengan obat-obatan tersebut menunjukkan peningkatkan kualitas dalam fungsi ereksi dan penetrasi seksual pada pria yang impoten atau pria yang merasa kekerasan ereksinya kurang.

Mengenai terapi hormonal untuk pasien yang mengalami kekurangan testoteron, ACP tidak merekomendasikannya karena belum adanya bukti yang cukup kuat. Namun, ACP juga tidak menentang penggunaan tes hormon ini pada pasien disfungsi ereksi.

Dalam mengukur kadar hormon pasien, dokter disarankan untuk mempertimbangkan gejala klinis yang dialami tiap pasien, seperti menurunnya libido, ejakulasi dini, rasa kelelahan, serta perubahan fisik pada alat vital, sebelum menyatakan gangguan hormon.

Risiko Kematian Ancam Pengidap Impotensi


RESIKO KEMATIAN ANCAM PENGIDAP IMPOTENSI

JAKARTA, KOMPAS.com — Pria yang punya penyakit jantung dan menderita disfungsi ereksi perlu lebih mewaspadai kesehatannya karena mereka lebih berisiko terkena serangan jantung, stroke, dan meninggal akibat gagal jantung.

Sebenarnya tidak ada alasan kemampuan seksual seseorang akan berubah karena usia Anda bertambah. Para ahli menemukan penyempitan pembuluh darah sebagai salah satu alasan mengapa alat vital seorang pria tidak dapat berfungsi dengan baik.

Jika dulu impotensi hanya dipandang sebagai masalah psikologis, kini para dokter meyakini impotensi terkait dengan gangguan endotel yang terjadi akibat aterosklerosis (timbunan plak yang menumpuk dalam arteri sehingga arteri menyempit dan menghambat aliran darah).

Penyempitan arteri ini bisa terjadi di seluruh pembuluh darah, termasuk yang menuju ke organ genital. Yang menjadi inti dalam hal ini bahwa apa pun yang menghentikan alirah darah ke penis akan memperkecil peluang Anda untuk mendapatkan ereksi.

Oleh karena itu, seorang pria yang mengalami impotensi perlu memahami bahwa kondisi tersebut merupakan faktor risiko serangan jantung dan stroke, seperti halnya tekanan darah tinggi dan kolesterol.

"Jika seorang pria menderita disfungsi ereksi, ia harus segera mendapat pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui adanya faktor risiko lain penyebab penyakit kardiovaskuler," kata Dr Michael Bohm, Ketua Departemen Kardiologi dan Intensive Care dari Universitas Saarland, Jerman.

Berdasarkan penelitian yang dilakukannya terhadap lebih dari 1.500 pria yang mengikuti penelitian tentang terapi penyakit jantung, para pria yang menderita penyakit pembuluh darah dan impotensi berisiko 1,9 kali lebih tinggi mengalami kematian akibat penyakit pembuluh darah, berisiko dua kali lebih tinggi mengalami serangan jantung, dan berisiko 1,1 kali dirawat karena gagal jantung dan berisiko 1,1 kali terkena stroke.

Bohm dan timnya juga menemukan, pria yang menderita impotensi cenderung memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes dibandingkan kelompok pria yang tidak impoten. Diabetes dan tekanan darah tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf dan memperburuk keadaan pembuluh darah.

Laporan riset ini juga dipublikasikan dalam jurnal Circulation pada 15 Maret.

Sabtu, 19 Juni 2010

SALAM DARI KAMI

KAMI ADALAH PETERNAK KELINCI HIAS yang sudah berpengalaman dan siap melayani kebutuhan anda kelinci apa yang anda butuhkan

salam


Grosir Kelinci Hias